Selasa, 24 Februari 2015

CERPEN "MUSIM SEMI PERMEN KARET" ROMANCE

MUSIM SEMI PERMEN KARET

           


 Ah, dingin sekali disini berbeda dengan di rumah.
            Tarian pena ku berhenti menggoreskan kata, berganti dengan tegang mencengkeram sampai ke pucuk jemari. Tanpa suara ujung pena yang beradu dengan kertas, mengisyaratkan bahwa akan ada seseorang yang datang. Tetapi kali ini berbeda, karena hati ini berdentam cukup hebat sehingga membuat aku sangat tak berdaya walaupun itu hanya sekedar menolehkan wajah.
 “Takara kau tak apa kan?”
 “Ehm..i..iya aku tak apa kok.”
            “Yakin nggak papa? Muka kamu pucet banget kayak gitu!”
            “Iya, aku nggak papa kok santai aja.”
        Kuhela nafas lega, seraya kembali menghadap coretan kerangka naskah drama yang terbengkalai. Perlahan segaris senyum samar muncul di bibirku ini. Dan pena di tanganku kembali menari lebih lincah lagi.
Tett…teettt..teettt..teettt…
            “Akhirnya pulang juga.” kubereskan peralatanku lalu pergi meninggalkan kelas.
“Takara tunggu!”
            “Ah, suara itu lagi. Kapan aku bisa tebebas dari belenggunya? Aku sudah terlalu lelah untuk bertemu dan berbicara dengan nya!” bicara ku perlahan karena hari ini aku sudah sangat lelah dan malas untuk ngapa-ngapain.
            “Jangan lupa ya besok kita akan ada acara.”
            “Oh.”
            “Jawaban mu singkat banget?”
            “Udah selesai ngomongnya? Aku capek!”
            Aku pergi ke tempat parkir sepeda motor dengan hati kesal karena selalu saja bertemu dengan orang yang aku sangat benci itu. Aku mulai muak, mengapa di setiap sudut sekolah ini aku akan selalu bertemu dengan nya. Ku kendarai sepeda motorku dengan kecepatan penuh dengan hati yang kesal gelisah dan tidak karuan ini. Yang aku fikirkan saat ini hanyalah aku harus segera sampai rumah karena hari telah sore.
***
            Tubuh ini terjatuh diatas kumpulan kapas yang empuk dan nyaman serta indra pengelihatan ini tak lupa menatap langit yang bertabur ribuan bahkan jutaan berlian. Ku ayunkan jari jemariku, ku tulis namanya diantara gemerlapnya bintang dan aku pun berharap dia melakukan hal yang sama dengan ku disana.
            Ku merindukan sosok itu, sosok yang selama ini mengisi ruang dalam hatiku. Ingin aku bertanya, ingin aku mencari dimana keberadaan nya saat ini. Jujur aku tak bisa melupakaan dia hingga saat ini.
            “Kak boleh masuk nggak?” seseorang membuka pintu kamarku perlahan.
            “Oh, miku. Masuk aja.”
            “Kakak kenapa? Sepertinya sedang sedih.”
            “Nggak, kakak nggak kenapa-kenapa.”
            “Kakak bohong, itu buktinya kakak nangis!”
            “Hah? Nggak kok, kakak cuman terlalu lelah. Yaudah ya kakak mau tidur dulu.”
            “Kak sudahlah jangan berbohong lagi. Aku tahu pasti kakak merindukan kak Daiki kan?”
            “Miku… kakak lelah, kakak mau istirahat.”
***
            Hari ini kelas tak seperti biasanya entah kenapa aku merasa ada sesuatu yang hilang dari kelas ini. Sambil menunggu guru datang teman-teman membaca buku dan ada juga yang mengerjakan tugas. Sedangkan aku malah melanjutkan naskah dramaku sambil mengunyah permen karet. Entah kenapa aku masih merasakan keanehan yang terjadi dikelasku hari ini hingga ibu guru pun datang.
            “Selamat pagi anak-anak!”
            “Pagi bu…”
            “Hari ini siapa yang tidak masuk?”
“Hayate bu…” serentak teman-temanku menjawab
“Pantas saja hari ini ada yang berbeda, ternyata orang aneh itu nggak masuk.” Jawabku
“Ciiee… perhatian, cieee… ada yang jatuh cinta nih!”
“Enak aja, nggak lah masak aku suka sama orang aneh kayak dia? Mana udah sok baik, sok manis, sok pinter!”
“Jangan ngomong gitu. Nanti kamu suka lhoo… kana ada pepatah jawa bilang begini Yen gething kui mesti nyanding!”
“Huh… nggak akan. Seekali aku bilang nggak ya nggak!”
“Sudah-sudah cukup. Hayate nggak masuk sakit atau izin?”
“Izin bu… Biasa bu tugas negara ke luar kota. Maklum lah dia kan orang sibuk!”
“Oke kalau begitu kita mulai pelajaran nya ya!”
“Iya bu…”
Aku tak tau apa yang terjadi padaku hari ini rasanya sangat malas dan mengantuk. Ku letakan kepalaku sejenak di atas meja, berharap lelah ini akan segera hilang. Tak kusadaari pelajaran hari ini telah usai. Padahal tadi aku hanya berniat meletakan keepala sejenak supaya aku bisa lebih tenang.
“Takara kamu sepertinya nggak semangat hari ini?”
“Iya nih han, nggak tau kenapa dari tadi tu aku ngerasa capek.”
“Ra, aku mau nanya!”
“Nanya apa han?”
“Itu lho ra!”
“Itu apa?”
“Kamu beneran suka sama Hayate?”
“Ah? Apa? Hayate, nggak lah!”
“sssttt… jangan keras-keras nanti temen-temen tau.”
“Hana… mana mungkin aku  suka Hayate? Dia kan sukanya cari perhatian sana-sini. Apalagi kan dia jadi cowok idola di sekolah ini, mana mungkin aku berani suka sama dia?”
“Heh… aku tau kamu pasti suka hayate kan! Kelihatan kok dari sorotan matamu!”
“Jujur ya han, aku sendiri tu nggak tau gimana perasaanku saat ini. Disatu sisi aku merindukan Daiki yang sudah lama aku cintai. Tapii…”
“Tapi apa? Hah?”
“Tapi di satu sisi aku juga cinta sama Hayate!”
“Nah kan bener!”
“iya…iya… Tapi jangan bilang siapa siapa lho ya!”
“Iya… janji deh.”
“Han tapi aku bener-bener bingung sama perasaan ku ini.”
“Heh, nggak usah dipikir nanti kamu sakit lho!”
“Lebay kamu han! Masak cuman gara-gara mikir aku jadi sakit?”

***

           Musim pun silih berganti dari musim panas hingga musim dingin telah ku lewati. Sekarang adalah tanggal 21 Maret bertepatan dengan musim semi. Aku ingin sekedar berjalan-jalan menikmati indahnya bunga bermekaran di taman. Indahnya bunga yang bermekaran membuatku lupa waktu hingga aku lupa bahwa aku tidak boleh terlalu lelah. Badanku terasa lelah dan lemas.
Bruk…
           “Takara!!!”  Aku mendengar samar-samar ada yang berteriak memanggil namaku saat itu hingga akhirnya aku terbangun dengan rasa sakit dikepala ku. Jantungku berdentam cepat karena melihat sosok pria yang tidur dengan posisi duduk sambil menggenggam tangan ku erat. Ku gerakan tangan ku hingga laki-laki itu terbangun. Dan kagetnya lagi laki-laki itu adalah Hayate.
“Hah, aku dirumah sakit lagi!”
“Takara kau sudah sadar?”
“Menurut mu aku sudah sadar atau belum?”
“Hehe… Sudah!”
“Lepaskan genggamanmu!”
“Maaf… maaf… bukan maksudku lancang. Aku tadi sangat mengkhawatir kan mu.”
“Ya.”
“Takara.”
“Apa?”
“Aku boleh mengatakan sesuatu nggak?
“Boleh.”
“Ehm… Takara… Aku cinta kamu.”
“Hah? Cinta? Cinta apa?”
“Ya, aku cinta kamu. Aku ingin menjagamu dan meindungi mu selalu! Mau kah kamu menjadi kekasihku?” dia menggenggam tanganku erat.
“Maaf te, tapi aku nggak bisa, maaf ya.”
“Nggak papa kok, aku bisa mengerti.” Melepas genggaman nya.
“Kok kamu percaya gitu aja sih?”
“Maksud kamu?”
“Iya aku itu nggak bisa, Nggak bisa nolak kamu maksudnya!”
“Hah? Aku mimpi nggak ini?”
“Nggak!”

              Begitulah ceritaku, akhirnya aku sekarang menjadi kekasih Hayate. Dan kata-kata yang paling aku ingat adalah yen gething kuwi mesti nyanding yang artinya jika kita membenci orang dengan sangat berlebihan pasti kita akan berpasangan dengan orang itu. Maka jangan terlalu benci sama orang lain. Kalau misalnya kita nya jadi suka orang yang kita benci kan jadinya malah malu sendiri.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Cerpen pertamaku nih yang ikut lomba haha :D

milla widjaja mengatakan...

tess tess

Posting Komentar

 

Template by Suck My Lolly - Background Image by TotallySevere.com